Finally, ufound guys!
Whatsapp : ( +62 ) 858 104 56135
Senin - Sabtu : 10.00 - 22.00
Minggu, 29 April 2012

Penjara yang Berlayar

Penjara yang Berlayar

Karya: Fahri Samudra



            Halo, namaku Andre, yang pasti aku bukan orang yang baik, tetapi aku tidak sepenuhnya jahat. Aku adalah seorang kriminal. Dan karena perbuatanku inilah sekarang aku ditahan di sebuah penjara yang paling kejam di seluruh dunia. Itulah predikat yang diberikan kepada penjara ini. Selama penjara ini dibangun, belum pernah ada yang berhasil melarikan diri dari penjara ini. Ya, karena penjara ini sebenarnya adalah sebuah kapal. Ke mana pun anda lari, yang ada hanya laut dalam. Anda bisa tenggelam atau mati tertembak oleh polisi saat berenang. Serba salah.
             Awalnya, kapal ini hanyalah sebongkah kapal tua yang sangat besar dan terbengkalai. Kemudian pemerintah memanfaatkan kapal ini menjadi penjara besar yang menampung orang-orang yang paling berbahaya di dunia. 5 Tahun sudah aku hidup di penjara yang berlayar ini. Bersama empat temanku, memikirkan rencana untuk keluar dari tempat siksaan ini.
            Alarm telah berbunyi dua kali. Saatnya pergi untuk sarapan dan berkumpul dengan keempat temanku, membahas rencana melarikan diri. Aku berjalan di sepanjang dek, dan sampailah di ruang istirahat yang sangat besar dan luas. Bahkan terdapat lapangan basket di dalamnya.
            “Hei Andre! Kemari, ayo kita mengisi tenaga”. Teriak Boris.
            “Haha… Oke..oke”. Sahutku.
            Kulihat mereka sudah berkumpul di salah satu meja. Kuperkenalkan keempat temanku ini. Yang pertama Boris. Dia adalah mantan anggota NAVY SEAL. Tubuhnya kekar, kuat, dan tangkas. Ditahan karena melakukan sebuah konspirasi besar untuk membunuh presiden. Lalu yang kedua adalah Martin. Dia adalah ketua geng Los Sandos dari Jamaika, salah satu geng yang paling sadis di dunia. Kemudian yang ketiga adalah Daniel. Meskipun dia terlihat culun, rapi, dan berkacamata, tetapi jangan sekali-sekali mencoba mengganggunya, bisa-bisa dia memberimu 1000 tusukan di seluruh tubuhmu.
            Daniel adalah seorang psikopat dan pembunuh berdarah dingin. Apapun yang ada di tangannya bisa menjadi senjata yang mematikan. Dia mengidap suatu penyakit mental. Sesungguhnya dia adalah korban dari kekerasan rumah tangga. Dan yang terakhir adalah Kyu-jin, seorang anggota Yakuza. Kadang aku merasa jijik melihat tato naga dan harimau-nya yang menempel di seluruh tubuhnya. Sedangkan aku? Baiklah, aku seorang pembunuh bayaran elite yang bekerja di sebuah organisasi.
            Aku menguasai seluruh senjata. Aku tertangkap polisi saat aku diberi tugas untuk membunuh sahabatku sendiri. Aku tak bisa melakukannya. Sehingga organisasiku menjebak aku dan akhirnya aku ditahan seperti ini.
            “Bagaimana tidurmu semalam sobat?”. Tanya Kyu-jin kepadaku.
            “Tak ada yang lain selain mimpi buruk kawan, hahaha.”. Jawabku.
            “Untunglah aku tidak mengalaminya, semalam aku menemukan ide bagus untuk pergi dari sini selamanya.” Sahut Boris. 
            “Hah? Yang benar saja kawan, hahaha, mimpi kaliiii, jangan-jangan itulah mimpi burukmu gan.” Ejek Martin.
            “Jika tak mau ya sudah.” Jawab Boris.
            “Memang apa rencananya?” Tanya Daniel.
            Sepertinya Boris serius dan tidak bercanda. Kulihat mimik yang tidak seperti biasanya.
            “Kalian sudah mengerjakan apa yang sudah aku perintahkan?” Tanya Boris.
            “Ya, aku sudah berhasil membuat lubang di bawah tempat tidurku, pas untuk badanku, dan aku tutupi dengan selimut. Ternyata lubang itu menuju sebuah lorong panjang yang dipenuhi dengan pipa-pipa panas. Dan satu yang penting, tak ada kamera pengawas, 100 % aman” Jawabku.
            “Hey, begitu juga denganku!” Sahut Martin.
            “Sama.” Sahut Daniel.
            “Lubangku belum jadi, aku butuh lebih banyak sikat gigi” Jelas Kyu-jin
            “Sebaiknya cepat buat lubangnya, ambil saja sikat gigi yang banyak sekalian di kantin, itu gratis”. Kata Boris.
            Suasana hening sejenak. Semua terlihat bingung.
            “Begini, biar kuperjelas, kalian tau rute kapal bulan ini?” Tanya Boris lagi.
            “Ya!” Jawab kami serempak
            “Sebentar lagi kapal ini berlabuh di Mildwest Dock, apa kamu mau kabur ke sana??” Tanyaku.
            “Tidak, pulau” Sahut Daniel.
            “Ya, tepat sekali Niel, setelah berlabuh di Mildwest Dock, malam harinya pasti kapal ini melewati sebuah pulau… Apa mungkin nama pulau itu? Nah kita akan berenang ke sana, Cuma sebentar kok, dekat jaraknya.” Jelas Boris.
            “Ya, dekat sih dekat, ditembak baru tau rasa” Ujar Kyu-jin.
            “Kita ledakkan kapal ini, buat kebakaran, buat kerusuhan, bebaskan semua napi, hancurkan sumber listrik, kapal tenggelam, BAM!! Tak akan ada bisa yang menembak kita” Jelas Boris lagi.
            Semuanya ternganga mendengar rencana nekadnya Boris. Apa bisa kita lakukan semua itu dalam semalam? Ini namanya bunuh diri. Apa yang terjadi jika nakhoda kapal memanggil tim kepolisian terdekat. Pasukan polisi elite turun dari helikopter dan menyerbu kita semua. Wah, situasi yang sangat buruk.
            “Hhmmm… Sebaiknya pikir-pikir dahulu tentang rencana besar ini. Bagaimana jika kita ketahuan sebelum kita menghancurkan sumber tenaga kapal ini, ingat, para petugas sering melewati sel kita dan memastikan bahwa kita masih ada di sel.” Ujarku panjang lebar.
            “Hal itu sudah kupikirkan, aku sudah kontak dengan teman lamaku dari penjara Pelican Bay, dia telah mengatur rencana penyelundupan bahan boneka untuk kita semua, rombongan orang yang paling berbahaya dari penjara itu akan masuk di neraka ini lusa pagi ketika kapal ini berlabuh di pelabuhan, dia akan memberinya pada kita.” Jawab Boris.     
            “Boneka?” Bingung Kyu-jin.
            “Untuk mengelabui petugas.” Jawab Daniel dengan mantap.
            “Baiklah, siap-siap untuk pelajaran melukis, harus benar-benar mirip dengan kita, rambut dan kulit harus diperhatikan”. Ujar Martin.
            “Baiklah, cukup untuk hari ini. Siapkan mental dan rencana kalian, jangan sampai gagal”. Tegas Boris
            Aku kembali menuju selku. Aku berjalan-jalan sebentar untuk mempelajari rute kabur dari kapal ini. Karena aku telah lama tinggal di sini, aku sudah menguasai seluruh jalur ventilasi yang ada di kapal ini. Sebelumnya aku pernah kabur dari selku dan mempelajari rute ventilasi di daerah yang tak dapat dimasuki oleh para napi, daerah khusus untuk ABK dan petugas. Malam itu hampir saja aku ketahuan karena meninggalkan selku saat pemeriksaan malam hari dimulai. Sungguh sebuah resiko yang amat besar konsekuensinya.
            Dua hari pun berlalu. Tibalah kapal ini di pelabuhan Mildwest Dock. Aku melihat rombongan napi dari Pelican Bay dengan wajah penuh dengan kegalauan, kecemasan, dan kekhawatiran. Kasihan mereka, sebentar lagi siksaan akan menghampiri mereka. Selalu saja terjadi kerusuhan di lapangan dan kantin jika ada napi-napi baru. Bahkan tak jarang ada yang terbunuh.
            Napi-napi baru itu harus kuat beradaptasi di penjara kapal ini. Dihantui oleh ancaman dari napi-napi senior, bukanlah sesuatu yang mudah dihadapi. Ditambah lagi oleh keadaan kapal ini yang terus dihantam oleh ombak besar secara kontinyu. Hal ini membuat para tahanan tidak tahan lagi. Dengan segera aku mengetahui bahwa seorang napi baru di sebelah selku muntah-muntah seharian karena mabuk laut. Dasar napi amatir, baru 7 jam saja sudah muntah-muntah.
            Siang harinya, tiba-tiba ada seorang ABK memberi bahan boneka yang kami bicarakan kemarin. Ternyata orang dalam pun ikut berperan. Luar biasa, aku penasaran siapa temannya Boris itu yang dengan berani membayar seorang ABK untuk menjalankan rencananya itu.
            Tanpa pikir panjang, aku langsung membuat kepala boneka kemudian membentuknya persis dengan kepalaku sendiri, melukisnya dengan warna kulit, dan terakhir menempelkan rambut pada kepala boneka itu. Huft… Akhirnya setelah 3 jam, jadilah kepala bonekaku itu.
            Teeett….!! Tiba-tiba alarm berbunyi, para petugas mengadakan inspeksi sel mendadak, benar-benar mendadak. Seakan-akan jadwal di penjara ini sangat kacau, atau jangan-jangan penjara ini tidak memiliki jadwal pasti. Sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi di penjara ini. Gawat! Di mana aku harus menyembunyikan boneka ini? Catnya masih belum kering. Sial! Dengan cepat, sel disebelahku sedang diperiksa oleh petugas.
            Bagaimana ini? Dengan segera kusembunyikan boneka kepalaku ke dalam lubang di bawah tempat tidurku. Terpaksa kubongkar samaran lubangku itu demi boneka ini. Setelah kumasukkan, kututup kembali lubang tersebut, lalu kuambil pasta gigi herbalku yang berwarna hijau muda, sama seperti warna dinding selku. Kemudian kulapisi ujung-ujung lubang yang sudah ditutup itu dengan pasta gigi tadi sehingga tidak terlihat bekas bongkaran. Huufft… Akhirnya aman, tepat waktu.
            Petugas itu masuk dan memeriksa seluruh isi selku. 
            “Sepertinya ada yang menumpahkan pasta gigi di kolong tempat tidurmu.” Ujar sipir itu.
            Sial! Medengar perkataan itu, rasanya seperti terhunus pedang yang tajam dan panas. Apa yang harus kukatakan? Ayolah Andre, berpikir, berpikir.
            “Oh iya Pak, dini hari tadi, tidak sengaja kujatuhkan odolku, lalu odol itu memantul dan berguling masuk ke kolong tempat tidurku, mataku masih ngantuk, aku berusaha mengambil odol itu dan tidak sengaja tanganku menekan keras pada odol itu sehingga sebagian isi odol itu tumpah, hehehe, maaf Pak.” Jelasku.
            “Dasar ceroboh!” Gumam petugas itu sambil berbalik dan meninggalkan selku.
            Hhuuuft… Perasaanku sangat lega, andai saja aku ketahuan tadi, mungkin aku sudah tinggal di ruang isolasi sekarang. Petugas tadi pun melanjutkan inspeksinya. Kudengar ada seorang napi baru yang ketahuan menyembunyikan silet di dalam bantalnya sehingga ia harus mendekam di ruang isolasi. Sungguh malang nasibnya. Akhirnya inspeksi ini selesai juga.
Kupersiapkan segala sesuatu untuk rencana besar malam ini. Malam yang sangat ditunggu-tunggu. Hanya muncul satu kali dalam setahun. Ya, malam ini kapal akan melewati sebuah pulau yang kami pikir, kami bisa kabur, berenang menuju pulau itu. Tak akan kusia-siakan kesempatan ini.
            Malam pun tiba, kupasang bonekaku di tempat tidurku, lalu kuselimuti. Seakan-akan aku yang sedang tertidur lelap di tempat tidur itu. Lalu aku masuk ke lubangku. Tibalah aku di lorong penuh dengan pipa panas. Aku pun berlari menyusuri lorong tersebut menuju selnya Boris. Tepat sekali, Boris sedang berusaha keluar dari lubangnya.
            “Bagus, kau tepat waktu kawan.” Ujar Boris.
            “Ayo kita kumpul.” Sahutku.
            Kami pun berlari menuju sel teman-teman kami, termasuk satu teman baru kami, Jhonny, teman lama si Boris. Dia adalah seorang pengedar senjata illegal. Wow, teman baru yang menajubkan. Setelah kami berkumpul, kami pergi menuju ke suatu ruangan yang dipenuhi mesin, generator, dan alat-alat vital kapal ini melalui ventilasi. Sementara itu, para petugas mengadakan pemeriksaan rutin. Bodohnya mereka, mereka tidak tahu bahwa yang ada di tempat tidur itu hanyalah sebuah boneka.
            Setelah kami berhasil masuk ke ruangan itu, kami lihat banyak petugas yang sedang terbaring lemas. Ternyata ABK gadungan tadi itu yang melumpuhkan para petugas di ruangan ini. ABK gadungan itu adalah teman satu penjara-nya Jhonny. Setelah perkenalan singkat dengan ABK yang bernama Russel itu, ternyata sebenarnya dia adalah pembunuh bayaran. Hhmmm… kupikir suatu saat nanti dia adalah sainganku.
            Kami pun menjalani rencana. Kami lucuti semua senjata dan peralatan yang ada di tubuh para petugas itu. Lalu kami hancurkan semua generator yang ada, semua mesin, dan kotak-kotak besi dengan banyak lampu di dalamnya. Akibatnya, seluruh penjuru kapal menjadi gelap. Seluruh aliran listrik di kapal ini putus. Semua lampu yang ada pun menjadi padam.
            Hal ini memudahkan kami untuk menyusup masuk ke ruang kontrol pusat. Di ruangan semua pintu dan sel dikendalikan secara penuh yang tidak berpengaruh terhadap putusnya listrik di kapal ini. Sehingga kami dapat membebaskan semua napi yang ada di sini.
            Setelah terjadi pemadaman listrik, sempat terdengar kericuhan di kawasan sel. Para petugas pun berlari menuju ruang ini untuk memeriksa apa yang terjadi dengan sumber listriknya. Kami pun menunggu dengan senang hati. Akhirnya, ada tiga petugas yang masuk ke ruangan ini. Dua petugas lainnya berjaga di pintu. Kami pun langsung melumpuhkan ketiga petugas itu.
            Namun dua petugas yang ada di luar berpencar. Yang satu menembaki kami di ruangan ini. Dan yang satu lagi berlari menuju ruang kontrol pusat untuk melaporkan kejadian ini. Hal ini membuat keadaan semakin runyam. Setelah kami melumpuhkan petugas yang menembaki kami, kami langsung berlari keluar dari ruangan itu. Kami pun berpencar menjadi dua kelompok.
            Tujuan kami adalah menyerbu ruang kontrol pusat dan membebaskan semua napi agar terjadi kerusuhan hebat. Aku, Daniel, Russel dan Kyu-jin melewati sisi kanan kapal, sedangkan yang lainnya melewati sisi kiri kapal. Selama perjalanan menuju ruang kontrol pusat, kami terus dihadang oleh gerombolan petugas. Terjadilah baku tembak antara kami dan para petugas.
            Pukul memukul dan tusuk menusuk pun tak dapat dihindarkan. Daniel sudah berhasil menusuk tujuh petugas hingga tewas dengan kebrutalannya. Daun telinga Kyu-jin sobek dan berdarah karena tertembak oleh petugas. Tiba-tiba alarm berbunyi tanda ada bahaya yang mengancam. Sungguh sebuah rencana yang diawali dengan mimpi buruk. Kami pun mengendap-endap dan menyelinap sampai kami bertemu dengan kelompok yang lain tepat di depan ruang pusat kontrol. Kulihat lengan kirinya Martin yang dipenuhi dengan darah, ternyata dia tertembak.
            “Hei Martin! Kenapa kau seceroboh itu?” Tanya Kyu-jin dengan nada mengejek.
            “Jangan cari masalah di sini! Kamu sendiri aja kehilangan telinga.” Ujar Martin jengkel.
            Tanpa pikir panjang, kami langsung menyerbu ruang pusat kontrol, menembaki semua petugas yang ada di dalamnya. Tiba-tiba salah satu petugas mengirimkan sinyal untuk memanggil tim S.W.A.T di markas kepolisian terdekat. Sial! Akhrinya mimpi buruk kami pun menjadi kenyataan. Boris pun menembak petugas itu dengan perasaan marah dan jengkel.
            “Cepat bebaskan semua tahanan!” Perintah Boris.
            “OK.” Jawab Daniel sambil menekan sebuah tombol.
            Teeett…!! Tiba-tiba alarm berbunyi, dan lampu sirine pun berkelap-kelip. Seluruh sel di seluruh blok pun terbuka dan akhirnya seluruh tahanan bebas. Keadaan sangat kacau. Lebih kacau dari sekacau-kacaunya kerusuhan demo mahasiswa terparah. Kami melihat keadaan blok A sampai Blok P dari luar. Terlihat para petugas kewalahan dalam menghadapi seluruh napi yang terbakar nafsu itu.
            Ada napi yang langsung melarikan diri, ada yang memukuli petugas sampai mati. Ada sekelompok yang bernyanyi dan berpesta pora, ada pula yang saling berkelahi, dan ada yang membakar, merusak, dan menghancurkan fasilitas penjara. Itulah yang kami harapkan. Kami pun merasa puas karena sebagian rencana berhasil. Tak perlu menunggu waktu yang lama. Ledakkan demi ledakkan pun terjadi, sehingga kapal ini mulai hancur perlahan. Suasana ini ditambah dengan badai besar dan ombak yang mengamuk menghantam kapal ini. Petir menggelegar, hujan yang sangat deras, dan teriakkan para napi berpadu dalam satu keadaan kacau.
            Kapal ini berguncang dengan keras ke sisi kanan dan sisi kiri secara bergantian. Kami pun pergi ke tepi kapal untuk mengamati pulau tujuan kami. Para petugas dan seluruh napi kami biarkan berperang di dalam kapal itu, sebagian saling baku tembak di luar kapal. Tiba-tiba datanglah tiga helicopter mendarat di buritan kapal.
            Kami pun terkejut. Ternyata tim S.W.A.T. pun datang untuk menertibkan suasana yang kacau ini. Dengan lampu yang berkelap-kelip dan cuaca buruk, seakan-akan perang dunia sedang berkecamuk di atas kapal ini. Kami pun berlari menghindari tim S.W.A.T. tersebut. Para napi yang keluar berhamburan dari dalam kapal ditembaki oleh tim S.W.A.T. tersebut.
            Ketika kami melarikan diri, tak disangka bahwa masih ada satu helikopter yang terbang di udara. Lampu sorot helikopter itu menyorotkan kami. Sangat silau dan dapat membutakan mata. Kami pun dihujani peluru dari senjata mesin helikopter tersebut. Kami berusaha menghindar darinya hingga titik darah penghabisan. Sepertinya tembakan peluru itu menghancurkan sebagian dinding kapal.
            Setelah merasa aman dari kejaran helikopter tadi. Kami beristirahat sejenak. Sepertinya keadaan Martin makin parah. Beberapa peluru dari helikopter tadi sempat menembus perutnya. Martin terlihat lemas dan tak berdaya.
            “Kalian lanjutkan saja rencana ini, biarkan aku sendiri di sini, tinggalkan aku dan jangan pikirkan aku lagi, cepat pergi, tak ada waktu untuk bersantai sekarang!” Jelas Martin.
            “Tidak tanpamu.” Sahut Daniel.
            “Pergilah, apa kalian masih mau tinggal di kapal sialan ini?” Ujar Martin.
            “Baiklah, maafkan kita kawan, semoga kamu selamat dari bencana ini, aku turut berduka cita atas keadaanmu sekarang.” Jawab Boris.
            “Hei bos, apa kau tega meninggalkan Martin dalam keadaan sekarat seperti ini?” Tanyaku kepada Boris.
            “Sudahlah Andre, tidak penting memikirkanku, sekarang pikirkan keselamatan kalian sendiri, cepatlah, atau kalian terlambat dan menyesali perbuatan kalian ini seumur hidup.”Jelas Martin.
            “Jangan lemah Andre.” Sahut Boris.
            “Baiklah…” Jawabku.
            Kami pun pergi meninggalkan Martin yang sudah bersimpah darah menuju tepi kapal untuk terjun berenang menuju pulau. Aku tahan air mataku, begitu banyak kenangan kami bersama Martin, saat kami membahas rencana pelarian, saat kami bermain basket bersama, saat kami mempelajari rute ventilasi bersama.
Kejadian ini sungguh menyesakkan dada dan menyakitkan hati. Aku tidak rela, tapi aku juga harus menyelamatkan diri dari keadaan ini. Selamat tinggal Martin, semoga kau bisa selamat, meski sepertinya mustahil bagi Martin untuk selamat dari keadaan yang kacau ini.
Akhrinya kami sampai di tepi kapal.
“Tunggu sebentar, apa kita mau terjun dan berenang ke pulau itu sekarang, aku pikir ini sangat gila bukan?” Tanya Russel.
“Ini tidak gila, apa kau ingin menaiki sekoci untuk pergi ke pulau itu?” Tanya Kyu-jin lagi.
“Apa kau buta? Kau tidak lihat helikopter itu, hah? Apa kau ingin mati tertembak saat berenang, helikopter itu akan menyorot kita yang sedang berenang dan tamatlah riwayat kita.” Jelas Russel.
“Ya kau benar, sebaiknya kita lumpuhkan dahulu helikopter itu dengan rocket launcher. Kau bisa ambil senjata itu di ruang senjata di daerah blok E. Sekarang kau, Kyu-jin, dan Andre ambil senjata itu dan jika bisa, ambil semua senjata yang ada, kita akan menunggu di sekitar sini, OK?” Ujar Boris kepada Russel.
“Baiklah Bos, kebetulan sekali, ayo kawan.” Jawab Russel.
Mengapa harus aku? Aahh… Bagaimana pula si Boris ini? Baiklah, tidak apa-apa. Kami pun berlari menuju ruang persenjataan. Tiba-tiba kami berhadapan dengan tiga orang tim S.W.A.T. yang kemudian menembaki kami. Aku dan Russel sempat mengindar. Tapi malang bagi Kyu-jin.
“Aaaaaahhh…!” Teriak Kyu-jin.
“Sial, ayo lari Andre!” Tegas Russel.
Sungguh sial, Kyu-jin tertembak oleh tim S.W.A.T. dan meninggal di tempat. Aku dan Russel pun terlibat dalam baku tembak yang hebat. Tembakanku sempat mengenai salah seorangnya, dan dalam kesempatan itu kami berlari terbirit-birit. Maaf Kyu-jin, aku tak bisa melindungimu. Saat-saat ini sangat genting. Aku tak sempat memeluknya. Lalu akhirnya kami sampai di tempat tujuan.
Di dalamnya terdapat bebagai macam senjata. Mulai dari pistol, shotgun, sub machine gun, rifle, sniper, sampai mini gatling gun, rocket launcher, dan grenade launcher. Sadis! Selengkap inikah senjata petugas penjara di sini? Sungguh mengejutkan. Kami pun melucuti seluruh senjata dalam tas yang kebetulan ada di ruangan ini. Tak lupa kami ambil semua peluru dan magazine yang ada.
Tiba-tiba Russel memukul bagian belakang kepalaku dengan keras memakai senjata rifle yang dia pegang. Sakit sekali rasanya. Kepalaku pusing dan mataku agak gelap. Aku pun terjatuh, seperti lumpuh sesaat. Aku sangat bingung dan heran. 
“Maaf kawan, aku tak bisa membiarkan sainganku selamat dari sini, selamat menikmati liburanmu kawan, hahaha!” Ujar Russel kepadaku sambil lari meninggalkanku.
Sial, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Seluruh tubuhku seakan-akan mati rasa. Aku hanya bisa mendengar perkataan busuknya, petir yang terus menggelegar, ombak yang menghantam kapal ini dengan keras, suara tembakan. Pusing rasanya ditambah denga guncangan kapal ini membuat aku mual.
Duuaarrr…! Kudengar ledakkan keras diluar. Itulah suara helikopter ditembakkan dengan rocket launcher dan meledak. Pasti mereka sudah terjun terlebih dahulu. Aku kerahkan seluruh tenagaku dan aku mulai bangkit perlahan. Meski sedikit pusing, aku mulai mengambil pistol, rifle, dan beberapa magazine.
Aku mulai berjalan perlahan keluar ruangan. Di luar terlihat hiruk pikuk para tahanan dan petugas. Di antara keributan itu, aku melihat helikopter yang ada di buritan kapal. Aku berniat untuk kabur dengan helikopter itu. Mustahil bagiku untuk berenang dengan keadaan pusing seperti ini.
Aku memang memiliki keahlian untuk mengemudikan helikopter. Maka kusiapkan rifle-ku, kemudian berlari kencang menuju helikopter itu, dan aku serang semua yang ada disekitarnya. Setelah aku membersihkan semua yang ada di sekitar helikopter itu. Aku pun menaikinya.
Aku duduk di kemudinya, dan mulai menghidupkan mesin. Tim S.W.A.T. yang ada di sekitar situ menghujaniku dengan senjata mereka. Maka kubalas tembakan mereka dengan rifle-ku. Tak lama aku bertahan, akhirnya aku berhasil menerbangkan helikopter dan aku pergi meninggalkan kapal yang sudah hancur ini.
Aku pun pergi. Dari kejauhan kusaksikan penjara yang berlayar ini tenggelam untuk selamanya. Meski masih agak pusing, namun hatiku puas melihat kapal yang selama ini besar, kokoh, dan kejam tenggelam dalam amukkan laut biru.   

http://fahri-artikel.blogspot.com

7 komentar:

  1. izin nyimak ja gan.. mantapp

    BalasHapus
  2. Waw artikelnya panjang amat nih, aku saranin di kasih paragraf dunk, byar ndak cepat lelah mata? :)

    BalasHapus
  3. @The7BloggersIya, ini panjang sekali lho sob, wah, boleh juga nih ide sobat, oke deh, langsung laksanakan

    BalasHapus
  4. @The7BloggersWah, aneh nih sob, kok nggak bisa dispasi yah???

    BalasHapus
  5. Hmm... buat film versi hollywd.a aja Gan... :D

    BalasHapus
  6. Artikelnya mantap & jgn lupa berkunjung balik ke blog saya

    BalasHapus

SHARETHIS